Recent Article

Akhir 2011


Edisi ini Si Jambul menampilkan kunpulan mode yang pernah terjadi di tahun 2011...selamat menikmati.

SALAH ASUHAN


Sebuah kebanggaan tersendiri ketika aksara jawa akan dimasukkan kedalam font windows bersanding dengan font-font latin internasional. Mengingat sebagian besar generasi muda jawa sudah tidak tidak bisa membaca dan menulis aksara jawa (termasuk saya..hix..).. Hal ini membuktikan bahwa budaya lokal sangat dihargai di dunia Internasional. Berbanggalah para generasi muda yang mencintai budaya lokal dan tetap melestarikannya. Mengingat para orang tua dengan bangga melatih anak-anak mereka yang masih belajar berbicara dengan bahasa inggris yang katanya bahasa internasional. Dan melupakan bahasa daerahnya sendiri katanya bahasa daerah nggak keren, nggak mboys. Padahal di dalam bahasa jawa sarat dengan nilai-nilai luhur penuh dengan unggah-ungguh. Di dalam bahasa jawa antara berbicara dengan teman, dengan yang lebih tua dan orang yang lebih tua lagi berbeda karena dalam bahasa jawa ada tiga tingkatan bahasa yaitu baha ngoko, krama dan krama inggil. Tetapi untuk anak seangkatan saya mentok cuma krama kalo krama inggil sudah belepotan.hehe.. Dan semua kejadian ini diperparah dengan lembaga pendidikan usia dini yang dengan bangganya penuh percaya diri dan tanpa rasa berdosa mencantumkan kurikulum dengan bahasa pengantar bahasa Inggraish. Biar keren dan laku katanya dan didalam kurikulumnya tidak satupun dicantumkan muatan lokal sama sekali (maklum frences dari singapura.hhaa..). Sehingga kasian para anak kecil tersebut yang tidak dididik dengan budaya timur/lokal, tapi sudah dididik dengan budaya internasional. Jika situasi ini terus berlanjut maka budaya lokal bisa punah dan para generasi muda hanya bisa menikmati kebudayaannya sendiri melalui buku sejarah dan ensiklopedia. Padahal para turis dari luar negri berkunjung kesini selain tempat-tempatnya yang keren juga karena kebudayaannya yang unik. Maka para orang tua dan para praktisi pendidikan perkenalkanlah kebudayaan lokal terlebih dahulu kepada anak-anak kita sebelum kebudayaan yang lain. Sehingga budaya daerah bisa tetap lestari dan anak-anak kita bisa mengerti sopan-santun, unggah-ungguh dan bermoral sesuai dengan kebudayaan kita yang ramah, santun dan tepo seliro. Bukan seperti kata generasi muda kita ‘Orang barat ketemu temannya cewek-cowok cium pipi kanan pipi kiri. Kapan ya kita bisa seperti itu’. Miris mendengar komentar seperti itu. Kita sudah punya kebudayaan sendiri yang unik dan jauh lebih keen dari mereka, kenapa kita harus selalu meniru mereka. Kalau kita selalu meniru mereka, melakukan kebudayaan mereka maka Indonesia sebagai Negara yang mempunyai keaneka ragaman budaya yang keren-keren tidak ada artinya lagi. SADARLAH WAHAI GENERASI MUDA.. –KURANGI MENONTON SINETRON, KARENA HANYA AKAN MEMBUAT KALIAN TIDAK KEREN!!-.

YANG! APAPUN YANG KAU MINTA AKU SIAP!


Untuk produk SNEWEN yang kedua mengambil tema/judul 'YANG! APAPUN YANG KAU MINTA AKU SIAP!'.. sebuah pernyataan merayu yang ambigu...hehehe...hati-hati kepada siapa saja yang pernah dirayu seperti ini..perlu kejelian tersendiri untuk memaknai setiap kalimat dari orang lain..di dalam tema produk ini..di dalam tulisan 'YANG! APAPUN YANG KAU MINTA AKU SIAP!' tercetak dengan dua warna berbeda dan dengan kejelian membaca Anda, bahwa di dalam kalimat tersebut ada kata 'NGAPUSI' (Bohong)..maka selamat menikmati...

RAJA KAYA/KAYA RAJA


Produk dari Snewen Skuad dengan merk SNEWEN sudah bisa dinikmati..untuk produk tees pertama dari 'Snewen' mengambil judul 'RAJA KAYA / KAYA RAJA'... latar belakang dibalik penciptaan tema produk ini adalah kisah dibalik para pemelihara sapi di Gunung Kidul..Maka di dalam karya ini gambar sapi ditonjolkan..pemelihara sapi dikawasan Gunung Kidul biasanya mengkandangkan sapinya, dan ketika sapi-sapi itu lapar maka mereka tinggal berteriak dan manusia pemelihara sapi bergegas mencarikan makanan untuknya..entah itu kegunung mencari rumput, dikebun sendiri atau bahkan ketika terjadi musim kering mereka rela membeli rumput untuk sapi-sapi itu..dan mereka selalu bangga mempunyai sapi yang mereka sebut sebagai RAJA KAYA...akan tetapi jika ditinjau ulang sapi-sapi tersebut sudah mengalami pergeseran makna..bukan RAJA KAYA lagi, tapi malah lebih tepatnya KAYA RAJA..tinggal teriak dikit manusia bergegas memenuhi kebutuhannya..
 
Support : Yogyakartas.com
Copyright © 2014. xSNWNx - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Developed by MIW
Proudly powered by Blogger