Recent Article

TAHUN AJARAN BARU bersama SI JAMBUL



Bulan JUNI adalah bulan pertengahan tahun, dimana dibulan tersebut merupakan tahun ajaran baru. Maksudnya waktu dimana anak sekolah mulai dari play group sampai mahasiswa mendapatkan hal baru yang diajarkan. Atau kadang juga disebut dengan kenaikan kelas dan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi bagi yang mampu…hehehe…pendidikan Indonesia sekarang seperti naik haji yaitu dijalankan bagi yang mampu. Itu disebabkan karena banyak pengusaha mengalihkan bisnisnya. Jika dulu mereka bergerak dibidang jasa, properti, infrastruktur, makanan, elektronik dan lain-lain, sekarang mereka mendirikan pabrik yang disebut dengan sekolahan. Sebab sekolahan menjadi bisnis paling mengiurkan yang menjanjikan berlimpah keuntungan. Jadi yang dihasilkan sekolahan adalah sebuah produk bukan menghasilkan manusia dengan segala potensi dan bakat yang dimilikinya masing-masing manusia, karena semua dibikin seragam. Dengan masa tempuh pendidikan bertahun-tahun hanya ditentukan dengan ujian nasional selama tiga hari. Seorang kawan pernah bicara padaku seperti ini “kalau lulus sekolah Cuma ditentukan ujian nasional tiga hari, ngapain sekolah lama-lama. Ikut bimbingan belajar beberapa bulan juga sudah bisa mengerjakan soal ujian nasional dan lulus.”

Di tahun ajaran baru hal yang paling sibuk selain anak-anak adalah para orang tua. Dan yang paling ramai adalah pegadaian yang bisa menyelesaikan masalah tanpa masalah. Mulai dari perhiasan, kendaraan bermotor, baju digadaikan mungkin seandainya harga diri bisa digadaikan sudah digadaikan hehehehe… sedangkan di kampung harga ternak turun drastis dikarenakan penjualan yang meningkat sedangkan permintaan menurun. Namun pemerintah juga tidak tinggal diam, tapi kadang-kadang juga ditinggal diam-diam oleh pemerintah. Dana BOS sudah tersebar dimana-mana sehingga SPP sudah tidak dipungut lagi tapi sumbangan tetep ada. Tapi sumbangan sudah ditentukan batas minimalnya dan batas maksimalnya tidak dibatasi. Kalau dilihat dari kata ‘sumbangan’ seharusnya seikhlasnya yang ngasih kalau sudah ditentukan namanya pungutan dan seharusnya tidak ditentukan batas minimalnya sesekali tentukan batas maksimalnya.

SOSIAL MEDIA JUNKIE


Perkembangan internet yang semakin pesat, tidak hanya bisa dinikmati oleh masyarakat perkotaan saja, pedesaan pun sudah bisa merasakan betapa kerennya sesuatu yang disebut dengan internet. Tidak perlu sebuah perlengkapan computer yang memerlukan energy listrik yang tinggi, atau laptop yang sekarang harganya mulai terjangkau dengan sebutan notebook, netbook, netpad, net volley atau apalah. Ponsel yang harganya seratus dua puluh lima ribu lima ratus rupiah pun dan masih bisa ditawar, kata bakulnya pasnya seratus lima belas ribu dua ratus lima puluh rupiah masih mendapatkan bonus dua bungkus permen penyegar mulut mereknya buah-buahan kalo nggak salah mereknya belimbing kalo nggak belimbing mangga atau pisang mungkin juga jambu yang jelas bukan apel, karena yang mereknya apel sudah terkenal mahal. Itu pun sudah bisa buat mengakses internet yang keren itu.

Ditambah dengan jejaring sosial yang semakin merebak baik yang buatan local maupun interlokal. Mulai dari facebook, tweeter, saling sapa, dan lainnya lupa membuat energi narsis kaum muda semakin menggebu dan menemukan penyalurannya. Mulai memajang wajah monyong, empat puluh lima derajat, foto bareng temannya ditempat keren menurutnya, hingga kadang foto dan video mesum pun ditampilkan juga biar eksis katanya. Hingga banyak pula yang menulis statusnya mulai dari lajang, berpacaran, hubungan rumit, tunangan, menikah masak anak SD sudah menikah di status jejaring sosial itu. Padahal ngelap ingus aja belum bersih kok sudah menikah, sing ono-ono wae.

Jejaring sosial memang banyak memberikan kemudahan dan keuntungan. Contohnya kita bisa menemukan dan menjalin hubungan kembali dengan teman yang sudah lama tidak ketemu dan sudah tidak bisa didekteksi lagi dengan radar keberadaannya. Kita juga bisa ngobrol dengan fasilitas chating yang tersedian di jejaring sosial tersebut. Akan tetapi, jika ketemu langsung, mbok ya ngobrolnya langsung saja. Masak ketemu tatap muka dan duduk satu meja, sibuk ngurusi hape buah-buahan dan gaget lainnya yang juga dari buah-buahan juga untuk ngobrol. Atau mungkin jejaring sosial juga merupakan faktor penyebab autis bagi orang dewasa ya. Yang menjadi permasalahan adalah yang sudah berkeluarga kalau mau memberi nafkah batin lewat jejaring sosial padahal mereka tidur bersebelahan.
 
Support : Yogyakartas.com
Copyright © 2014. xSNWNx - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Developed by MIW
Proudly powered by Blogger